Jangan mendivestasi kampanye publik
Sebelumnya kami sudah membahas, tujuan utama kampanye publik bukan meyakinkan pembuat kebijakan agar berubah pikiran, namun untuk mengumpulkan dukungan seluas mungkin, sehingga menggoyahkan dan mengikis loyalitas pilar penyokong mereka. Mengingat pentingnya
critical mass yang mendukung agenda perubahan, kampanye publik dengan pendekatan kreatif dalam bentuk iklan mempunyai peran penting untuk menjangkau segmen publik yang masih awam dan belum peduli tentang isu yang dikampanyekan. Melalui dua contoh kasus di atas kami harap pembaca teryakinkan tentang potensi kampanye publik yang menggunakan iklan kreatif.
Kita mengamati gejala tergerusnya ruang ekspresi publik dalam beberapa tahun belakangan. Penggerusan ini menambah risiko keamanan yang ditanggung staf OMS yang menyelenggarakan kampanye publik.
Sebetulnya dengan menggunakan kreativitas dalam membuat materi kampanye, OMS bisa jadi punya perisai untuk “berlindung” atau ruang untuk “berkelit” dari tuduhan pencemaran nama baik, misalnya dengan menggunakan humor dan perumpamaan, menyuntik ambiguitas, atau jurus lainnya, seperti yang dilakukan Otpor dalam gerakan melawan Slobodan Milosevic di Serbia di akhir dekade 1990an.
Karena itu kami percaya bahwa divestasi sumber daya untuk kampanye publik bukanlah keputusan yang tepat. Justru sebaliknya,
perlu investasi lebih besar agar OMS meningkat kapasitasnya dalam melakukan penelitian pemirsa, menyusun strategi, bekerja sama untuk membuat materi yang kreatif, membuat anggaran dan rencana pemasangan iklan, dan memonitor kinerja kampanye. Selanjutnya, OMS yang ingin menyelenggarakan kampanye publik perlu menyusun anggaran yang realistis untuk mencakup riset, pembuatan materi kreatif, dan belanja iklan. Lembaga donor pun perlu mendorong OMS untuk meningkatkan kapasitas menyelenggarakan kampanye publik dan mendiversifikasikan taktik komunikasi dalam advokasi kebijakan.
Kaitan antara kampanye publik dengan jajak pendapat perlu diperkuat
Kami percaya bahwa sebetulnya penguasa, terutama pejabat yang dipilih, masih peduli dengan opini publik karena mereka punya insentif untuk memantaunya. Salah satu cara yang mereka gunakan untuk memantau adalah lewat jajak pendapat (
polling), baik yang mereka bayar sendiri maupun yang hasilnya disebarkan terbuka. Kami melihat peluang untuk secara proaktif menggunakan alat yang sama untuk mengukur dan mengamplifikasi pendapat publik dalam aneka isu yang dikawal OMS.
Melakukan jajak pendapat cukup mahal, namun beberapa lembaga donor bisa berpatungan untuk menugaskan lembaga penelitian terpercaya yang simpati pada agenda masyarakat sipil melakukan survei berkala secara
omnibus. Data yang diperoleh bisa dibagikan ke banyak OMS untuk pemantauan dan evaluasi, disebarluaskan lewat media, atau “dibisikkan” ke pemangku kepentingan yang punya peran strategis dalam mendorong perubahan.
Kampanye publik harus berbarengan dengan kegiatan OMS menyediakan berbagai pilihan civic engagement
Kami sadar kampanye publik bukanlah sebuah peluru perak atau
panacea. Kampanye publik dengan iklan kreatif bisa menjangkau banyak orang dan mengajak mereka untuk mulai memahami sebuah isu dan merasakan emosi moral tentangnya. Singkatnya, kampanye publik bisa menggalang dukungan yang luas tapi dangkal.
Karena itu tidak realistis mengharapkan mereka yang dijangkau kampanye publik serta merta bersedia mengikuti aksi kolektif, apalagi yang menuntut banyak waktu dan tenaga atau riskan. Ini konsisten dengan temuan kami dalam sebuah riset tentang pemahaman orang Indonesia tentang perubahan iklim dan kecenderungan melakukan aksi kolektif menjaga lingkungan (2021). Aksi kolektif yang mereka minati adalah yang tidak sulit atau riskan (Gambar 10).